Ilmuwan yang ikut serta dalam misi perburuan Kepler NASA mengumumkan penemuan 833 kandidat planet baru dalam konferensi pers pada 5 November, menambah jumlah total kandidat planet menjadi 3.538 kandidat dunia.
Dari 104 planet yang berpotensi layak huni itu, 10 di antaranya berukuran tidak jauh berbeda dengan Bumi.
"Kita mulai memasuki era baru penjelajahan galaksi kita," kata William Borucki, peneliti utama Kepler di NASA Ames Research Center di Moffett Field, California, tempat para ilmuwan mendiskusikan penemuan eksoplanet terbaru di Kepler Science Conference.
Planet-planet baru tersebut menambah jumlah dunia yang diidentifikasi teleskop antariksa Kepler sekitar 29 persen perbaruan terakhir Januari lalu.
Misi Kepler yang diluncurkan pada 2009 ditujukan untuk menentukan pecahan bintang-bintang di galaksi Bima Sakti yang menjadi tempat planet-planet seukuran Bumi yang mengorbit di zona layak huni.
Selama empat tahun teleskop Kepler melihat satu petak langit dalam konstelasi Cygnus, mencari lubang-lubang sangat kecil dalam terang bintang-bintang yang menandakan sebuah planet melintas di depan, atau transit di bintang mereka.
Pencarian telah menemukan dunia-dunia yang aneh seperti hot Jupiters yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya, dunia seperti-Neptunus, dan 'Super Bumi'.
Para ilmuwan mengumumkan planet pertama di zona layak huni bernama Kepler 22-b pada Konferensi Ilmu Kepler kedua tahun lalu.
Peneliti kini menunjukkan sebagian besar bintang di galaksi setidaknya memiliki satu planet seperti itu.
Kepler menghentikan pengambilan data pada 11 Mei 2013 karena saat mengalami kegagalan dua roda reaksi pada pesawat. Tetapi Kepler tak akan berhenti. Ilmuwan akan terus melanjutkan pencarian planet-planet baru.
Borucki menambahkan para ilmuwan akan menemukan lebih banyak planet-planet terkecil mirip Bumi lagi.
"Ada data setahun penuh yang belum dianalisis," kata Borucki seperti dilansir laman LiveScience.
Analisis independen data Kepler telah menemukan satu dari lima bintang serupa matahari berada di zona layak huni.
TAGS: Technology, Science
0 Response