Pengenalan terhadap potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alam
penting dilakukan untuk membangun dan mengembangkan generasi muda Indonesia, kata psikolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Kwartarini Wahyu Yuniarti.
"Hal itu bisa dimulai dari mekanisme mikro hingga level makro sejarah bangsa. Penggemblengan generasi muda bisa dilakukan melalui enam pilar 'human capital', yakni intelektual, emosi, sosial, etika, spiritual, dan kesehatan tanpa kehilangan jati diri kebangsaan," katanya di Yogyakarta, Kamis (31/10).
Menurut dia, cara penggemblengan dipelajari melalui pengenalan dalam dunia akademik melalui penelitian dengan pendekatan psikologi indigenous. Pendekatan psikologi indigenous adalah cara untuk memperoleh "kaca benggala" dengan presisi tinggi bagi refleksi data studi ke dalam populasinya. "Langkah pembelajaran dengan tingkat repertoar tinggi yang dilakukan secara sengaja dengan memasukkan berbagai cerita kebesaran bangsa dibutuhkan untuk memotong lingkaran aktivasi mentalitas kolonial," katanya.
Selain itu, juga diperlukan pengembangan program yang lekat pada setiap tahapan perkembangan anak untuk menginisiasi pola mental dan perilaku yang penuh keyakinan diri dan tidak inferior.
Ia mengatakan ke depan pola tersebut diharapkan bisa melahirkan individu dan masyarakat yang kuat dalam mengenali dirinya. Melalui enam pilar "human capital" yang mapan dalam repertoar perilaku yang disengaja diharapkan bisa meniadakan kesenjangan karakter.
Selama ini, kata dia, masyarakat banyak mengimplementasikan teori-teori psikologi Barat di Indonesia. Aktivasi mental kolonial akan menjadi hambatan bagi bangsa ini untuk menjadi berani lebih kritis dalam menerima teori-teori asing. "Hal itu berbahaya karena memungkinkan kita mengambil kesimpulan yang secara tidak disadari bukan menjadi bagian dari populasi studi lokasi di Indonesia," katanya.
TAGS: LifeStyle, Career
"Hal itu bisa dimulai dari mekanisme mikro hingga level makro sejarah bangsa. Penggemblengan generasi muda bisa dilakukan melalui enam pilar 'human capital', yakni intelektual, emosi, sosial, etika, spiritual, dan kesehatan tanpa kehilangan jati diri kebangsaan," katanya di Yogyakarta, Kamis (31/10).
Menurut dia, cara penggemblengan dipelajari melalui pengenalan dalam dunia akademik melalui penelitian dengan pendekatan psikologi indigenous. Pendekatan psikologi indigenous adalah cara untuk memperoleh "kaca benggala" dengan presisi tinggi bagi refleksi data studi ke dalam populasinya. "Langkah pembelajaran dengan tingkat repertoar tinggi yang dilakukan secara sengaja dengan memasukkan berbagai cerita kebesaran bangsa dibutuhkan untuk memotong lingkaran aktivasi mentalitas kolonial," katanya.
Selain itu, juga diperlukan pengembangan program yang lekat pada setiap tahapan perkembangan anak untuk menginisiasi pola mental dan perilaku yang penuh keyakinan diri dan tidak inferior.
Ia mengatakan ke depan pola tersebut diharapkan bisa melahirkan individu dan masyarakat yang kuat dalam mengenali dirinya. Melalui enam pilar "human capital" yang mapan dalam repertoar perilaku yang disengaja diharapkan bisa meniadakan kesenjangan karakter.
Selama ini, kata dia, masyarakat banyak mengimplementasikan teori-teori psikologi Barat di Indonesia. Aktivasi mental kolonial akan menjadi hambatan bagi bangsa ini untuk menjadi berani lebih kritis dalam menerima teori-teori asing. "Hal itu berbahaya karena memungkinkan kita mengambil kesimpulan yang secara tidak disadari bukan menjadi bagian dari populasi studi lokasi di Indonesia," katanya.
TAGS: LifeStyle, Career
0 Response